Sabtu, 07 Juni 2014

kesehatan reproduksi remaja



SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN REMAJA



 









Disusun oleh:
Lailatun Nihayah

                          
PRODI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
TAHUN 2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN REMAJA

1.      Pokok Bahasan           : Kesehatan Remaja
2.      Sub Pokok Bahasan    : Kesehatan Reproduksi Remaja
3.      Sasaran                        : Remaja Putri (Mahasiswa Akbid Unita)
  Jumlah ± 44 orang
4.      Hari / Tanggal             : Selasa, 11 Maret  2014
5.      Waktu                         : Pukul 09.00 WIB
6.      Tempat                        : Ruang auditorium kampus akbid Unita
7.      Tujuan                         :
TIU                             : Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan para remaja mengetahui tentang pentingnya kesehatan pada saat remaja sehinggga mereka dapat mencegah permasalahan yag muncul pada remaja dan dapat membantu mengubah perilakunya dan hidup sehat menerima tanggung jawab untuk mereka sendiri dan orang lain.
TIK                             : Setelah mengikuti kegiatan  penyuluhan, remaja dapat:
1.      Mengetahui pengertian remaja
2.      Mengetahui remaja dan batasannya
3.      Mengetahui perubahan pada remaja
4.      Mengetahui kesehatan reproduksi pada remaja
5.      Mengetahui upaya untuk memelihara kesehatan reproduksi
8.      Metode                        : Ceramah dan diskusi
9.      Media                          : power point, LCD, Leaflet
10.  Materi                          : Terlampir

11.  Kegiatan         
           
No.
Tahap
Waktu
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan klien
1
Pembukaan
2 menit
Memberi salam dan perkenalan diri.
Menjelaskan maksud
Menjawab salam.
Mendengarkan penyuluhan
2
Isi
10 menit
Menyampaikan materi penyuluhan.
Mendengarkan
3
Diskusi
10 menit
Tanya jawab dengan klien
Menyimpulkan hasil penyuluhan
Tanya jawab
Aktif bersama menyimpulkan.
4
Evaluasi
6 menit
Mengajukan pertanyaan lisan.
Merespon pertanyaan yang diajukan.
5
Penutup
2 menit
Mengucapkan terima kasih.
Memberi salam penutup
Mendengarkan.
Menjawab salam.

12.  Sumber
a.       Poltekes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
b.      Saifuddin, A.F.(dkk). 1999. Seksualitas Remaja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
13.  Materi 

A.    Pengertian remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas ataupun adolesens. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas.

B.     Remaja dan Batasannya
Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara
 10-18. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas:
a)      Masa remaja awal early adolesens (10 – 13 tahun)
Adalah masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, dan pada saat remaja mulai mencari identitas diri.
b)      Masa remaja tengah middle adolesens (14 – 16 tahun)
Ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali diharapkan dapat berperilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap secara psikologis. Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya yang erat kaintannya dengan pencarian identitas, sedangkan di lain pihak mereka masih tergantung dengan orang tua.
c)      Masa remaja akhir late adolesens (17 – 19 tahun)
Ditandai dengan pertumbuhan biologis yang sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir remaja akhir mulai stabil. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat.
Sedangkan karakteristik masa remaja diantaranya:
·         menilai rasa identitas diri
·         meningkatkan minat pada lawan jenis
·         memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga
·         menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh



C.    Perubahan Remaja
Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah hormone pertumbuhan (growth hormone), hormon gonadotropik (gonadotropic hormone), esterogen, progesteron, serta testosteron. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya diantaranya:
1)      Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perempuan meningkat 3,5 – 4,1 inci. Berat badan juga menigkat karena ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada perempuan.
2)      Perkembangan karakteristik seks sekunder
Ditandai dengan dimulainya pertumbuhan organ-organ reproduksi yang mulai matang. Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi pertumbuhan:
·         Bulu rambut pubis
·         Rambut ketiak
·         Serta menarche atau menstruasi pertama
Sedangkan untuk laki- laki terjadi pertumbuhan:
·         Penis
·         Mimpi basah
·         Pembesaran skrotum
·         Perubahan suara
·         Pertumbuhan kumis dan jenggot
·         Meningkatnya produksi minyak,
·         Meningkatnya timbunan lemak
·         Dan meningkatnya aktivitas kelenjar sehingga menimbulkan jerawat
3)      Perubahan bentuk tubuh
Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun yang lebih menonjol. Sedangkan perubahan bentuk tubuh pada perempuan serta pinggul dan payudara yang membesar, serta keadaan puting susu yang lebih menonjol

D.    Kesehatan Reproduksi Remaja
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menempatkan masalah kesehatan reproduksi dalam konteks kependudukan dan pembangunan. Berarti masalah-masalah kependudukan kini dipusatkan pada kesejahteraan dan kesehatan social individu dan keluarga. Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan  perhatian terutama di kalangan remaja.
Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan,  perubahan secara biologis sudah relatif siap reproduksi yang biasanya ditandai datangnya haid pada perempuan dan juga munculnya berbagai kesempatan, seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Kegiatan-kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi.
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, misalnya tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.
 Manusia perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar sehat, tidak bau, tidak  menyebarkan kotoran atau menularkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Sepanjang siklus kehidupan manusia, kebersihan diri harus dijaga termasuk saat manusia memasuki masa remaja. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam rentang kehidupan individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial.

E.     Upaya untuk Memelihara Kesehatan Reproduksi
Perlu kita sadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh prilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya makan dengan menu seimbang, adannya keseimbangan antara bekerja dan istirahat, olahraga, rekreasi, dan lainnya.
Upaya untuk menuju reproduksi sehat sudah harus dimulai paling tidak pada usia remaja. Remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap maupun tindakannya ke arah pencapaian reproduksi yang sehat. Kelompok remaja menjadi perhatian karena jumlah mereka yang besar dan rentan serta mempunyai risiko gangguan terhadap kesehatan reproduksi. Pada masa remaja, mereka mengalami berbagai macam proses perubahan terkait dengan kesehatan reproduksi. Upaya dalam memelihara kesehatan reproduksi diantaranya:
a.       Penggunaan pakaian dalam
Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaos. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.
b.      Penggunan handuk
·         Pengguanan handuk yang berulang diperbolehkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah harus selalu dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi.
·         Sebaiknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman dipergunakan
·         Hindari penggunaan handuk secara bersamaan, bisa menjadi media penularan penyakit kulit dan kelamin misalnya yang pertama scabies yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabies var. hominis. Gejala utama adalah pruritis pada malam hari, karena aktivitas tungan meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat. Yang kedua adalah pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Pthirus pubis, bila kutu ini menggigit maka tidak terlihat jelas bekas gigitannya, namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema, dan infeksi sekunder.
c.       Memotong bulu pubis
Dengan mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urin saat buang air kecil.
d.      Kebersihan alat kelamin luar
Bagi remaja putri
·         Membiasakn diri untuk membersihkan vulva setiap buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam.
·         Tehnik membersihkan vulva adalah dari arah depan ke belakang.
·         Dengan tidak menggunakan cairan antiseptic secara berlebihan , karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Dan akan member kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga tubuh rentan terhadap infeksi.
Bagi remaja putra
·         Penis juga harus dibersihkan dari sisa urin setiap hari setelah buang air kecil.
·         Bagi remaja putra yang tidak dilakukan sirkumsi pada preputiumnya, pada saat membersihkan preputium harus diretraksi sehingga seluruh permukaa glans penis dapat dibersihkan.
e.       Penggunaan pembalut wanita
·         Remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih pada saat menstruasi, pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva.
·         Setelah buang air kecil atau air besar, ganti pembalut yang bersih(baru).
f.       Meningkatkan imunitas
Meningkatkan imunitas terhadap HPV (Human Papiloma Virus) yang merupakan jasad renik yang bersifat onkogenik (menyebabkan kanker) melalui vaksinasi salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang sangat efektif bila dilakukan oleh remaja putri sejak usia 10 tahun
g.      Menghindari hubungan seksual pranikah
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :
·         Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
·         Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
ü  Hancurnya masa depan remaja tersebut.
ü  Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
ü  Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
ü  Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
ü  Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
ü  Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
·         Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
·         Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar