SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN REMAJA
Disusun oleh:
Lailatun Nihayah
PRODI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
TAHUN 2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN REMAJA
1. Pokok Bahasan : Kesehatan Remaja
2. Sub Pokok Bahasan :
Kesehatan Reproduksi Remaja
3. Sasaran : Remaja Putri (Mahasiswa Akbid Unita)
Jumlah ± 44 orang
4. Hari / Tanggal
: Selasa,
11 Maret 2014
5.
Waktu : Pukul 09.00 WIB
6. Tempat
:
Ruang auditorium kampus akbid Unita
7.
Tujuan :
TIU : Setelah mengikuti
kegiatan penyuluhan diharapkan para remaja mengetahui tentang pentingnya kesehatan pada saat remaja
sehinggga mereka dapat mencegah permasalahan yag muncul pada remaja dan dapat
membantu mengubah perilakunya dan hidup sehat menerima tanggung jawab untuk
mereka sendiri dan orang lain.
TIK : Setelah mengikuti
kegiatan penyuluhan, remaja dapat:
1.
Mengetahui
pengertian remaja
2.
Mengetahui
remaja dan batasannya
3.
Mengetahui
perubahan pada remaja
4.
Mengetahui
kesehatan reproduksi pada remaja
5.
Mengetahui
upaya untuk memelihara kesehatan reproduksi
8. Metode : Ceramah dan diskusi
9. Media : power point, LCD, Leaflet
10. Materi : Terlampir
11. Kegiatan
No.
|
Tahap
|
Waktu
|
Kegiatan penyuluhan
|
Kegiatan klien
|
1
|
Pembukaan
|
2 menit
|
Memberi salam dan perkenalan diri.
Menjelaskan maksud
|
Menjawab salam.
Mendengarkan penyuluhan
|
2
|
Isi
|
10 menit
|
Menyampaikan materi penyuluhan.
|
Mendengarkan
|
3
|
Diskusi
|
10 menit
|
Tanya jawab dengan klien
Menyimpulkan hasil penyuluhan
|
Tanya jawab
Aktif bersama menyimpulkan.
|
4
|
Evaluasi
|
6 menit
|
Mengajukan pertanyaan lisan.
|
Merespon pertanyaan yang diajukan.
|
5
|
Penutup
|
2 menit
|
Mengucapkan terima kasih.
Memberi salam penutup
|
Mendengarkan.
Menjawab salam.
|
12. Sumber
a.
Poltekes
Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja
Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
b.
Saifuddin,
A.F.(dkk). 1999. Seksualitas Remaja.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
13. Materi
A. Pengertian
remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa
pubertas ataupun adolesens. Istilah pubertas
digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis
yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama
perubahan alat reproduksi. Sedangkan adolesens
lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai
masa pubertas.
B. Remaja
dan Batasannya
Menurut WHO (1995), yang dikatakan
usia remaja adalah antara
10-18. Tetapi berdasarkan penggolongan umur,
masa remaja terbagi atas:
a)
Masa
remaja awal early adolesens (10 – 13
tahun)
Adalah masa yang ditandai dengan
berbagai perubahan tubuh yang cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam
menyesuaikan diri, dan pada saat remaja mulai mencari identitas diri.
b)
Masa
remaja tengah middle adolesens (14 –
16 tahun)
Ditandai dengan bentuk tubuh yang
sudah menyerupai orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali diharapkan
dapat berperilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap secara psikologis.
Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja sudah mulai ingin bebas
mengikuti teman sebaya yang erat kaintannya dengan pencarian identitas, sedangkan
di lain pihak mereka masih tergantung dengan orang tua.
c)
Masa
remaja akhir late adolesens (17 – 19
tahun)
Ditandai dengan pertumbuhan biologis
yang sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain. Emosi,
minat, konsentrasi, dan cara berpikir remaja akhir mulai stabil. Kemampuan
untuk menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat.
Sedangkan karakteristik masa remaja
diantaranya:
·
menilai
rasa identitas diri
·
meningkatkan
minat pada lawan jenis
·
memulai
pemisahan diri dari otoritas keluarga
·
menggabungkan
perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh
C. Perubahan
Remaja
Perubahan fisik dan psikologis
remaja disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Hormon dihasilkan oleh
kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan saraf pusat, khususnya di
hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan adalah hormone pertumbuhan (growth
hormone), hormon gonadotropik (gonadotropic
hormone), esterogen, progesteron, serta testosteron. Perubahan-perubahan
tersebut ditandai dengan adanya diantaranya:
1)
Percepatan
berat badan dan tinggi badan
Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi
badan laki-laki dan perempuan meningkat 3,5 – 4,1 inci. Berat badan juga
menigkat karena ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada
perempuan.
2)
Perkembangan
karakteristik seks sekunder
Ditandai dengan dimulainya
pertumbuhan organ-organ reproduksi yang mulai matang. Karakteristik sekunder
pada perempuan meliputi pertumbuhan:
·
Bulu
rambut pubis
·
Rambut
ketiak
·
Serta
menarche atau menstruasi pertama
Sedangkan untuk laki- laki terjadi
pertumbuhan:
·
Penis
·
Mimpi
basah
·
Pembesaran
skrotum
·
Perubahan
suara
·
Pertumbuhan
kumis dan jenggot
·
Meningkatnya
produksi minyak,
·
Meningkatnya
timbunan lemak
·
Dan
meningkatnya aktivitas kelenjar sehingga menimbulkan jerawat
3)
Perubahan
bentuk tubuh
Pada laki-laki terjadi perubahan
bentuk tubuh seperti bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun yang lebih
menonjol. Sedangkan perubahan bentuk tubuh pada perempuan serta pinggul dan
payudara yang membesar, serta keadaan puting susu yang lebih menonjol
D. Kesehatan
Reproduksi Remaja
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menempatkan masalah kesehatan
reproduksi dalam konteks kependudukan dan pembangunan. Berarti masalah-masalah
kependudukan kini dipusatkan pada kesejahteraan dan kesehatan social individu
dan keluarga. Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk
mendapatkan perhatian terutama
di kalangan remaja.
Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan secara
biologis sudah relatif siap reproduksi yang biasanya ditandai datangnya haid
pada perempuan dan juga munculnya berbagai kesempatan, seringkali menghadapi
risiko-risiko kesehatan reproduksi. Kegiatan-kegiatan seksual menempatkan
remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi.
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, misalnya tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual, akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap kebersihan
organ reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan pengaruh media
massa maupun gaya hidup.
Manusia perlu menjaga
kebersihan diri dan lingkungan agar sehat, tidak bau, tidak menyebarkan kotoran
atau menularkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Sepanjang siklus kehidupan manusia, kebersihan diri harus
dijaga termasuk saat manusia memasuki masa
remaja. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam rentang kehidupan individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa
yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial.
E.
Upaya untuk Memelihara Kesehatan
Reproduksi
Perlu kita sadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan
kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh prilaku hidup
bersih dan sehat. Misalnya makan dengan menu seimbang, adannya keseimbangan
antara bekerja dan istirahat, olahraga, rekreasi, dan lainnya.
Upaya untuk menuju reproduksi sehat sudah harus dimulai paling
tidak pada usia remaja. Remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap
maupun tindakannya ke arah pencapaian reproduksi yang sehat. Kelompok
remaja menjadi perhatian karena jumlah mereka yang besar dan rentan serta
mempunyai risiko gangguan terhadap kesehatan reproduksi. Pada masa remaja,
mereka mengalami berbagai macam proses perubahan terkait dengan kesehatan
reproduksi. Upaya dalam memelihara kesehatan reproduksi diantaranya:
a.
Penggunaan pakaian dalam
Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan
yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaos. Kain yang tidak menyerap
keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur.
Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang
tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan
mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.
b.
Penggunan handuk
·
Pengguanan handuk yang berulang diperbolehkan, tetapi yang perlu
diperhatikan adalah harus selalu dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga
jasad renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi.
·
Sebaiknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila
sudah tidak nyaman dipergunakan
·
Hindari penggunaan handuk secara bersamaan, bisa menjadi media
penularan penyakit kulit dan kelamin misalnya yang pertama scabies yang
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabies
var. hominis. Gejala utama adalah pruritis pada malam hari, karena
aktivitas tungan meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat. Yang kedua
adalah pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Pthirus pubis, bila kutu ini menggigit maka tidak terlihat jelas
bekas gigitannya, namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema, dan
infeksi sekunder.
c.
Memotong bulu pubis
Dengan mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan
selalu terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik,
serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat
(khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urin saat buang air
kecil.
d.
Kebersihan alat kelamin luar
Bagi remaja putri
·
Membiasakn diri untuk membersihkan vulva setiap buang air kecil
atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum
mengenakan pakaian dalam.
·
Tehnik membersihkan vulva adalah dari arah depan ke belakang.
·
Dengan tidak menggunakan cairan antiseptic secara berlebihan ,
karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Dan akan member kesempatan bagi berkembang biaknya kuman
patogenik, sehingga tubuh rentan terhadap infeksi.
Bagi remaja putra
·
Penis juga harus dibersihkan dari sisa urin setiap hari setelah
buang air kecil.
·
Bagi remaja putra yang tidak dilakukan sirkumsi pada preputiumnya,
pada saat membersihkan preputium harus diretraksi sehingga seluruh permukaa
glans penis dapat dibersihkan.
e.
Penggunaan pembalut wanita
·
Remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih pada saat
menstruasi, pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi).
Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva.
·
Setelah buang air kecil atau air besar, ganti pembalut yang
bersih(baru).
f.
Meningkatkan imunitas
Meningkatkan imunitas terhadap HPV (Human Papiloma Virus) yang merupakan jasad renik yang bersifat onkogenik (menyebabkan kanker) melalui
vaksinasi salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang sangat efektif bila
dilakukan oleh remaja putri sejak usia 10 tahun
g.
Menghindari
hubungan seksual pranikah
Perilaku seksual
pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya
sebagai berikut :
·
Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah
pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah
dan berdosa.
·
Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah
tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja
terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
ü Hancurnya masa depan
remaja tersebut.
ü Remaja wanita yang
terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan
fisiknya belum siap.
ü Pasangan pengantin
remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin
karena nafsu, bukan karena cinta).
ü Pasangan pengantin
remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
ü Remaja wanita yang
berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga
tradisional) sering mengalami kematian strategis.
ü Bayi yang dilahirkan
dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
·
Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku
seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah
pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi
tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
·
Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri adalah berkembangnya
penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita
penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi
penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis
serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar