TANDA BAHAYA KEHAMILAN
1. TANDA-TANDA DINI BAHAYA KOMPLIKASI IBU DAN JANIN MASA KEHAMILAN MUDA.
a. PERDARAHAN PERVAGINAAN
1) Pengertian
Yaitu perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan yang kurang dari 22 minggu
2) Perdarahan pervaginam dikatakan tidak normal apabila ada tanda-tanda sbb:
a) Keluar darah merah
b) Perdarahan ang banyak
c) Perdarahan yang disertai dengan nyeri
3) Macam perdarahan pada kehamilan muda
a) Kehamilan Ektopik Terganggu
(1) Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
(2) Insiden
(3) Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas.
(4) Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :
(a) Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
(b) Riwayat operasi tuba.
(c) Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
(d) Kehamilan ektopik sebelumnya.
(e) Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
(f) Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
(g) Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
(h) Operasi plastik pada tuba.
(i) Abortus buatan.
(5) Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
(a) Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
(b) Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
(c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
(6) Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau infuse tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
(7) Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain :
(a) Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
(b) Pemeriksaan fisis
· Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
· Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
· Pemeriksaan ginekologis.
(c) Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
(d) Pemeriksaan Penunjang
· Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-Hcg (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
· USG :
- Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
(e) Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah.
(f) Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
(g) Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
(8) Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan infuse, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan anti inflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
(9) Komplikasi
(a) Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
(b) Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
(c) Infeksi
(d) Sterilitas
(e) Pecahnya tuba falopii
(f) Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.
b) Mola Hidatidosa
(1) Pengertian
Mola hidatidasa yaitu suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik
(2) Etiologi
Mola hidatidosa berasal dari plasenta atau jaringan janin sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan, massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali, sering tidak ditemukan janin sama sekali. Penyebab terjadinya mola belum diketahui.
Penyebab yang paling mungkin adalah kelainan pada sel telur, rahim atau kekurangan gizi, resiko yang lebih tinggi ditemukan pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun atau diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya mola adalah status sosial-ekonomi yang rendah, diet rendah protein, asam folat dan karotin.
(3) Gejala
Gejalanya bisa berupa:
· Perdarahan dari vagina pada wanita hamil (trimester i)
· Mual dan muntah berat
· Pembesaran perut melebihi usia kehamilan
· Gejala-gejala hipertiroidisme ditemukan pada 10% kasus (denyut jantung yang cepat, gelisah, cemas, tidak tahan panas, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, tinja encer, tangan gemetar, kulit lebih hangat dan basah)
· Gejala-gejala pre-eklamsi yang terjadi pada trimester I atau awal trimester II (tekanan darah tinggi, pembengkakan kaki-pergelangan kaki-tungkai, proteinuria).
(4) Pengobatan
· Mola harus dibuang seluruhnya, biasanya jika tidak terjadi aborsi spontan dan diagnosisnya sudah pasti, dilakukan aborsi terapeutik melalui prosedur dilatasi & kuretase.
· Setelah prosedur tersebut, dilakukan pengukuran kadar hcg untuk mengetahui apakah seluruh mola telah terbuang.
· Jika seluruh mola telah terbuang, maka dalam waktu 8 minggu kadar hcg akan kembali normal.
· Wanita yang pernah menjalani pengobatan untuk mola sebaiknya tidak hamil dulu dalam waktu 1 tahun dan dianjurkan kontrasepsi pil.
· 2-3% kasus mola bisa berkembang menjadi keganasan (koriokarsinoma).
· Pada koriokarsinoma diberikan kemoterapi yaitu metotreksat, daktinomisin atau kombinasi kedua obat tersebut.
· Jadwal pemeriksaa ulang selama 2-3 tahun :
o setiap minggu pada tiwulan pertama
o setiap 2 minggu pada triwulan kedua
o setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o setiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya setiap 3 bulan
(5) Komplikasi
· Bisa disertai preeklampsia pada usia kehamilan yang lebih muda
· Tirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat krisis tiroid
· Emboli sel trofoblas ke paru
· Sering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral, kista menghilang jika mola sudah dievakuasi
· Mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4x lebih besar berdegenerasi
c) Abortus
(1) Pengertian
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Pengertian abortus (pengguguran kandungan) menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge qaad HR 12 April 1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut mash hidup (HR 1 November 1897, HR 12 April 1898). Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
(2) Etiologi
Keguguran atau abortus disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:
(a) Kelainan ovum.
Ovum yang tidak sempurna dan perkenbangan nya tidak baik dan terdapat degenerasi hidatit villi.
(b) Kelainan genitalia ibu.
Misalnya pada ibu yang menderita :
· Anomali kongenital ( hipoplasia uteri,uterus bikornis,dll )
· Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
· Uterus terlalu cepat terenggang
· Distorsio uterus, misalya karena terdorong oleh tumor pelvis.
(c) Gangguan sirkulasi plasenta akibat ibu menderita suatu penyakit, atau kelainan pembentukan plasenta.
(d) Ibu menderita penyakit berat seperti infeksi yang disertai demam tinggi, penyakit jantung atau paru yang kronik, keracunan, mengalami kekurangan vitamin berat, dll.
(e) Antagonis Rhesus ibu yang merusak darah janin.
(3) Klasifikasi
Abortus dibagi menjadi atas dua golongan yaitu
(a) Abortus spontan
Abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor –faktor alamiah.
· Abortus Iminens
Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks) dan kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan
· Abortus Insipiens
Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
· Abortus Inkomplet
Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri melalui kanalis servikalis pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
· Abortus komplit
Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
· Missed abortion
Keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih Janin yang sudah meninggal dapat keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah janin tersebut meninggal, dapat pula diresorbsi kembali sehingga hilang, dapat mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus dapat pula menjadi mola karnosa dimana janin yang sudah meninggal akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi setelah 1 minggu.
Gejala yang dijumpai adalh amenore, perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, selama observasi fundus tidak bertambah tinggi bahkan tambah tendah, gejala kehamilan menghilang, pada pemeriksaan dalam servik tertutup dan ada darah sedikit.
· Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
(b) Abortus Provakatus
Abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat. Abortus provakatus dibagi menjadi dua yaitu:
· Abortus medisinalis yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indiksi medis).
· Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
(4) Penanganan
(a) Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, perludilakukan penilaian dari :
· Keadaan umum pasien
· Tanda – tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 x/ menit)
· Bila syok disertai dengan masa lunak diadneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis (kemungkinan KET)
· Tanda – tanda infeksi atau sepsis
(b) Penanganan spesifik
· Abortus imminens
- Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total
- Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas secara berlebihan / melakukan hubungan seksual
- bila perdarahan:
berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi
terus berlangsung: nilai kondisi janin (USG)
· Abortus insipiens
- Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
- Bila gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual setelah bagian – bagian janin dikeluarkan.
- Bila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase
- ·Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilakukan / usia gestasi lebih besar dari 16 minggu lakukan
- Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml RL mulai dengan 8 tetes/ menit yang dapat dinaikan hingga 40 tetes/ menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
- Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian
- Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
- Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau dilatasi dan kuretase.
· Abortus inkomplit
- Tentukan besar uterus (taksiran usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/ sepsis)
- Hasil konsepsi yang terperangkap pada servik yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:
- Bila perdarahan berhenti: beri ergometrin 0,2 mg IM/ misoprostol 400 mg peroral
- Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (sesuai usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian janin)
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis
- Bila terjadi infeksi beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam
- Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu segera lakukan evakuasi dengan AVM ( Aspirasi Vakum Manual )
- Bila pasientampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat)
· Abortus komplit
- Apabila kondisi pasien baik, cukup diberikan tablet ergometrin 3x1 tablet/ hari untuk 3 hari
- Apabila pasien mengalami anemia sedang, anjurkan Fe 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi
- Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi perlu diberi antibiotik, atau apabila kawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profikaksis.
· Missed Abortion
- Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, jika tidak berhasil dapat dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotik.
· Abortus Habitualis
- Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari pada sesudahnya
(5) Komplikasi Abortus
(a) Perdarahan
(b) Perforasi yaitu sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
(c) Infeksi dan tetanus
(d) Ginjal akut
(e) Syok
Diagnosis Perdarahan Pada Kehamilan Muda
Perdarahan |
Serviks |
Uterus |
Gejala/tanda |
Diagnosis |
Bercak hingga sedang |
Tertutup |
Sesuai dengan usia gestasi |
Kram perut bawahUterus lunak |
Abortus Imminens |
Sedikit membesar dari normal |
Limbung atau pingsanNyeri perut bwahNyeri goyang portioMasa adneksaCairan bebasIntra abdomen |
Kehamilan ektopoik terganggu |
||
Terbuka |
Lebih kecil dari usia gestasi |
Sedikit atau tanpa nyeri perut bawahRiwayat ekspulsi hasil konsepsi |
Abortus komplit |
|
Sedang hingga banyak |
Terbuka |
Sesuai dengan usia kehamilan |
Kram atau nyeri perut bawahBelum terjadi ekspulsi hasil konsepsi |
Abortus insipiens |
Kram atau nyeri perut bawahEkspulsi sebagian hasil konsepsi |
Abortus inkomplit |
|||
Terbuka |
Lunak dan lebih besar dari usia kehamilan |
Mual atau muntahKram perut bawahSindrom miripPreeklamsiaTidak ada janinKeluar jaringan seperti anggur |
Abortus Mola |
b. Hiperemesis gravidarum
1) Pengertian
Adalah mual muntah yang berlebihan sehingga menimulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan
2) Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi yang ditemukan :
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
b) Faktor organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini.alergi juga disebut sebagai salah satu faktor organik karena sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak
c) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti,takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien
3) Klasifikasi
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
a) Tingkat I
(1) Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : Dehidrasi : turgor kulit turun, Nafsu makan berkurang, Berat badan turun, Mata cekung dan lidah kering
(2) Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus, Nadi meningkat dan tekanan darah turun, Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit, Tampak lemah dan lemas
b) Tingkat II
(1) Dehidrasi semakin meningkat akibatnya : Turgor kulit makin turun, Lidah kering dan kotor, Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
(2) Kardiovaskuler : Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit, Nadi kecil karena volume darah turun, Suhu badan meningkat, Tekanan darah turun
(3) Liver : Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
(4) Ginjal : Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan : Oliguria, Anuria, Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
c) Tingkat III
(1) Keadaan umum lebih parah, Muntah berhenti, Sindrom mallory weiss, Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma, Terdapat ensefalopati werniche : Nistagmus, Diplopia, Gangguan mental
(2) Kardiovaskuler : Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
(3) Gastrointestinal: Ikterus semakin berat, Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
(4) Ginjal : Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
c. Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut pada kehamilan kurang dari 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopoik atau abortus
Tabel Diagnosis Nyeri perut pada kehamilan Muda
Gejala dan tanda yang selalu ada |
Gejala dan tand ayang kadang ada |
Diagnosis |
Nyeri perutTumor adneksa pada periksa dalam |
Masa tumor diperut bawahPerdarahan pervaginal ringan |
Kista Ovarium |
Nyeri perut bawahDemamNyeri lepas |
Perut membengkakAnoreksiaMual atau muntahIleus paralitikLekositosisTumor (-)Nyeri |
Apendisitis |
DisuriaSering berkemihNyeri perut |
Nyeri retro atau suprapubik |
Sistisis |
Nyeri perutPerdarahan sedikitServiks tertutupUterus sedikit besarUterus lunak |
PingsanTumor adneksa nyeriAmenoreaServiks nyeri goyang |
Kehamilan ektopik |
2. TANDA-TANDA DINI BAHAYA KOMPLIKASI IBU DAN JANIN MASA KEHAMILAN LANJUT.
a. Perdarahan pervaginaan
1) Plasenta previa
a) Pengertian
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu disegmen awah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
b) Klasifikasi
Plasenta previa totalis : jika seluruh ostium ditutupi plasenta
Plasenta previa marginalis : Sebagian ostium ditutupi plasenta
Plasenta letak rendah : Tepi plasenta berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan
2) Solusio plasenta
1) Pengertian
Suatu keadaan dimana letak plasenta normal terlepas sebagian atau seluruhnya sebelum janin lahir,
2) Klasifikasi
Solusio plasenta Lateralis atau parsialis : Bila hanya sebagian plasenta yang terlepas dari perlekatannya
Solusio plasnta totalis : Seluruh bagian plasenta terlepas dari perlekatannya
Prolapsus plasenta : Kadang-kadang plasenta turun kebawah dan dapat teraba dalam pemeriksaan dalam
Diagnosis perdarahan
Gejala dan tanda utama |
Faktor predisposisi |
Diagnosis |
Perdarahan pervaginam, Perdarahan tanpa nyeriUsia gstasi > 22 mingguDarah segar dengan bekuanPerdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasiTidak disertai nyeriBagian terbawah janin belum masuk PAP |
Grande multipara |
Plasenta Previa |
Perdarahan pervaginamPerdarahan dengan intermiten atau menetapWarna darah kehitaman dan cair |
HipertensiTrauma abdomenPolihidramnionGemelli |
Solusio plasenta |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar